Agar tidak terjadi kasus serupa dikemudian hari, Kementerian Hukum dan HAM Indonesia mungkin bisa meniru langkah otoritas Singapura yang menerapkan sistem canggih di penjara Changi yang bisa mendeteksi perkelahian antar napi. Menurut Channel News Asia, sistem anyar ini sedang dalam proses pengujian. Dengan sistem ini, jika terdapat perkelahian maka alarm akan menyala otomatis.
“Semua narapidana, duduk tegak. Lihatlah ke kamera,” kata petugas Dinas Penjara Singapura (SPS) di Lembaga A4, penjara perempuan dalam ujicoba sistem tersebut, ketika alarm berbunyi nyaring. “Semua narapidana, tenang,” tambah dia, hampir semenit kemudian.
Melalui konsep “penjara tanpa penjaga” SPS memprakarsai tiga proyek baru do Penjara Changi. Salah satunyua adalah sistem pengecekan pengumpulan otomatis. Tujuannya terntu untuk mengoptimatisasi sistem kerja otomatis di penjara. Untuk saat ini, pengumpulan pengecekan masih dilakukan secara manual oleh petugas penjara untuk menghitung narapidana. Prosesnya harus diulang beberapa kali setiap hari. Nantinya sistem ini akan menggunakan teknologi pengenal wajah untuk menggantikan pemeriksaan manual jika sudah terpasang. Kamera yang terletak di sel akan menangkap gambar wajah narapidana dan memverifikasi mereka dengan catatan dalam database.
Asisten Direktur Senior di Divisi Transformasi dan Teknologi SPS Inspektur Chan Kai Yuen mengatakan bahwa pemeriksaan pengumpulan otomatis akan membuat prosesnya lebih cepat. Apabila pemeriksaan manual biasanya akan memakan waktu 20-30 menit, dengan teknologi pengenalan wajah maka proses tersebut bisa selesai dalam 10 menit.
Selain itu, SPS juga menguji sistem pendeteksi perilaku manusia yang dikenal sebagai Avatar. Sistem ini menggunakan analisis video prototipe untuk mendeteksi dan memperingatkan petugas lapas untuk kegiatan abnormal, seperti perkelahian, dalam sel.
“Memanfaatkan analisis video, sistem pengawasan ini dapat mendeteksi tindakan agresi menggunakan algoritma yang menangkap intensitas tinggi, gerakan tak menentu dan berbagai titik interaksi antara dua orang,” kata Chan.
Avatar saat ini sedang diujicoba di sel kluster laki-laki Penjara Changi dengan hasil sangat menjanjikan. Sistem ini diklaim telah mendeteksi perkelahian yang sebenarnya yang terjadi di sel. Namun SPS masih mendeteksi adanya alarm palsu yang bisa dipicu ketika narapidana sedang menjalankan aktifitas seperti berolahraga.
“Kami sedang mengujinya dalam satu sel sekarang. Nanti ketika teknologi sudah siap, kami akan memperkenalkan ini ke semua sel,” imbuh dia.
Tak hanya itu, SPS juga menguji coba mesin penjual swalayan yang mengeluarkan barang beragam seperti camilan dan sabun. Proses ini dilakukan dengan mencocokkan identitas narapidana melalui tanda pergelangan tangan yang disematkan chip elektronik, yang menggunakan uang tunjangan mingguannya.
SPS juga telah menerapkan kabinet peralatan keamanan otomatis yang memungkinkan petugas untuk menarik dan mengembalikan peralatan dengan aman dan sistem manajemen catatan rehabilitasi digital yang melacak pergerakan para narapidana.
“Narapidana juga dapat mengakses e-book dan e-learning melalui tablet bersama,” pungkas Chan.