Portugal singgah pada 1483 di Sungai Kongo. Pada 1575 Portugal mendirikan koloni Portugis di Luanda dan melakukan perdagangan budak. Secara bertahap bangsa Portugis mengambil kontrol di garis pantai sepanjang abad ke-16 melalui serangkaian perjanjian dan perang.
Portugis akhirnya membentuk koloni Angola. Ketika Belanda menguasai Luanda, negara ini memberikan semangat untuk negara-negara jajahan Portugis. Agar bisa merdeka.
Pemberontak UNITA menandatangani Protokol Lusaka dimulai sejarahnya dari peristiwa ini. Tapi pada 1648 Portugal mengambil kembali Luanda. Portugal juga mengawali proses penaklukan militer di negara Kongo dan Ndongo.
Lama Portugis berkuasa, lalu muncul Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Angola. Gerakan ini berbasis di Kimbundu. Berhubungan juga dengan Persatuan Nasional untuk Kemerdekaan Total Angola (UNITA).
Perang gerilya untuk memperoleh kemerdekaan berlangsung selama 14 tahun. Hingga akhirnya pemerintahan fasis Portugal jatuh oleh kudeta militer. Partai nasionalis Angola mulai merundingkan kemerdekaan pada Januari 1975. Kemerdekaan akan didklarasikan pada November 1975.
Sebelum mendapatkan kemerdekaan, perang saudara pecah antara MPLA, UNITA dan FNLA. Diperburuk oleh campur tangan asing. Pasukan Afrika Selatan bersekutu dengan UNITA dan menyerang Angola pada Agustus 1975.
Angola saat ini (brussel-express.eu)
Uni Soviet mulai membantu MPLA dan memberi banyak dukungan ekonomi. Pasukan Kuba datang untuk mendukung MPLA pada Oktober 1975. Kudeta ini dapat menduduki Luanda. MPLA mendeklarasikan diri untuk menjadi pemerintahan de facto. Secara resmi kemerdekaan diumumkan pada bulan November. Agostinho Neto menjadi presiden pertama.
Pada 1976, FNLA dikalahkan oleh gabungan MPLA dan pasukan Kuba. Konflikpun pecah, dipicu oleh geopolitik Perang Dingin dan kemampuan kedua partai itu mengakses SDA Angola.
Pada 1991, terjadi Persetujuan Bicesse yang mengubah Angola menjadi negara multipartai. Setelah presiden Jose Eduardo dos Santos dari MPLA memenangkan pemilihan yang diawasi PBB, UNITA menyatakan adanya penipuan dan perang pecah kembali.
Perang dan pemberontakan terjadi di Angola (YouTube)
Pemberontak UNITA menandatangani Protokol Lusaka di Lusaka, Zambia, pada tanggal 31 Oktober 1994. Untuk mengakhiri Perang Saudara Angola dengan menggabungkan dan melucuti União Nacional para a Independência Total de Angola dan rekonsiliasi nasional. Kedua belah pihak menandatangani gencatan senjata sebagai bagian protokol tanggal 20 November.
Di bawah persetujuan itu, pemerintah dan UNITA akan mengadakan gencatan senjata dan demobiliasi. Pemerintah setuju mengangkat anggota UNITA untuk mengepalai kementerian pertambangan, perdagangan, kesehatan, dan pariwisata.
Posisi penting juga ditawarkan di dalam pemerintahan. Pemerintah akan membebaskan semua tahanan dan memberi amnesti kepada seluruh militan yang terlibat dalam perang saudara.
Persetujuan itu menciptakan komisi gabungan yang terdiri atas pejabat dari pemerintah Angola, UNITA, dan PBB beserta pemerintah Portugal, AS, dan Rusia yang jadi pengamat untuk mengawasi implementasinya. Pelanggaran atas syarat-syarat perjanjian akan dibahas dan ditinjau kembali oleh komisi itu.
Banyak masalah yang terjadi setelah pemberontak UNITA menandatangani Protokol Lusaka ini. Saling tidak percaya antara UNITA dan Movimento Popular de Libertacao de Angola, kekeliruan internasional, dan tekanan berlebih pada kekuasaan, menyebabkan protokol itu gugur dan perang saudara pecah.
Pada 22 Februari 2002, Jonas Savimbi, pemimpin UNITA, ditembak mati dan gencatan senjata dicapai antara 2 faksi. Meski tampaknya keadaan politik negeri itu akan kembali pulih, presiden dos Santos tetap tidak mengizinkan proses demokrasi tetap terjadi.
Di antara masalah utama Angola ialah krisis kemanusiaan yang serius setelah perang. Akhirnya Angola bergabung dengan blok Soviet dan menjadi komunis, bersama dengan koloni Portugis Mozambique.
Pemberontak UNITA menandatangani Protokol Lusaka (dailymaverick.co.za)