Gelar wajib sebelum gelar akademik yang tersemat dengan cantik dibelakang nama adalah gelar M.TA alias mahasiswa tingkat akhir. Heya... apakah ini kamu, yang sedang baca artikel ini? Apakah kamu setuju kalau skripsi mengahambat kelulusan? Juga sangat setuju dengan kebijakan tak wajibkan skripsi?
Risa Santoso menjadi rektor diusia yang masih sangat muda. Umur doi baru 27 tahun gengs. Masih golongan millenial lah, makanya ngerti banget kebutuhan anak muda. Mahasiswa dengan nilai rata-rata dan sobat mager. Mager ketemu dosen dan ngerjain skripsi. Pasti kamu seneng punya rektor muda kayak Mbak Risa ini.
Setelah terpilih menjadi Rektor Institut Teknologi dan Bisnis ASIA, Kota Malang, Risa membuat program ramah millenial. Skripsi tidak wajib.
Skripsi dianggap menghambat kelulusan mahasiswa. Tugas satu ini jadi momok yang bikin kuliah gak kelar-kelar. Banyak yang mentok di tahap ini bahkan gak lulus. Sering juga bukan karena malas aja alasannya. Tapi beragam! Ya dosennya, ya penelitiannya, rumit deh!
Sosok Risa Rektor muda usia 27 tahun (Instagram @santosorisa)
Memang ya, masalah skripsi ini sama kayak hubungan yang bisa complicated!
Beberapa program yang bakal dijalankan Risa mengdopsi program luar negeri. Skripsi yang awalnya wajib akan diubah menjadi program pilihan. Skripsi diganti dengan project akhir yang akan menjadi syarat kelulusan.
Tidak hanya mendapat dukungan mahasiswa, Risa juga mendapatkan dukungan dari keluarganya. Bahkan dosen-dosen juga mendukung program baru Risa.
Asyik ya kalau Rektor dan dosennya raman millenial.
Skripsi menghambat kelulusan (manchester.ac.uk)
Semoga program tak wajibkan skripsi ini bisa menular ke kampus-kampus lain ya gengs? Kamu pasti suka deh. Disamping apakah benar skripsi dianggap menghambat kelulusan atau karena orangnya yang malas. Kebijakan ini sudah dilakukan juga di Universitas Swasta.
Pastinya, kamu yang mau lulus ya harus rajin dan semangat nyelesein kuliah.
Jadilah mahasiswa yang rajin biar lulus cepet (fupping.com)