Cut Nyak Dhien merupakan pahlawan wanita yang sangat pemberani. Dia mendapat julukan ratu perang Aceh. Tapi ia harus mengalami pengkhianatan dari orang yang paling dipercayai. Cut Nyak Dhien meninggal dunia di pengasingan, tanah Sumedang.
Sebagai pahlawan yang gigih berjuang melawan Belanda, tidak banyak yang bisa diketahui dari masa kecil seorang Cut Nyak Dhien. Ia lahir sekitar tahun 1850 dari keluarga yang memang pejuang. Ayahnya bernama Nanta Setia, seorang putra Aceh keturunan perantau Minangkabau yang datang ke Aceh Besar pada akhir abad ke-17.
Cut Nyak Dhien sempat menikah dua kali sebelum Cut Nyak Dhien meninggal dunia. Suami pertamanya bernama brahim Lamnga. Mereka berdua memiliki seorang putra. Cut Nyak Dhien bersama dengan keluarganya juga berjuang melawan Belanda. Dalam pertempuran di Gle Tarum tanggal 29 Juni 1878, Ibrahim Lamnga meninggal dunia. Mayatnya dibawa ke Leupong dan kemudian dimakamkan di Montasik.
Dikutip dari Tirto.id, saat kematian suaminya Cut Nyak Dhien sangat sedih dan murka pada Belanda. Cut Nyak Dhien bersumpah bahwa suatu saat nanti ia pasti bisa menghancurkan dan mengusir Belanda dari bumi serambi Mekkah. Dengan menahan dendam, Cut Nyak Dhien berpesan kepada anaknya:
“Wahai anakku, turutlah jejak ayahmu, Teuku Ibrahim Lamnga. Sekarang ia tidak di rumah, tetapi janganlah engkau menyangka bahwa ayahmu sedang mengumpulkan kawan untuk kedatangan kafir, tetapi akan mengusirnya keluar dari tanah Aceh!”
Cut Nyak Dhien Meninggal di Sumedang (steemit.com)
Pada saat pemakaman suaminya, Cut Nyak Dhien bertemu dengan Teuku Umar yang berusia empat tahun lebih muda.
Teuku Umar menjalin kerjasama dengan pamannya, Nanta Setia untuk memerangi Belanda. Umar merencanakan untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Kerjasama antara Umar dengan Nanta Setia terwujud. Teuku Umar kemudian menikahi Cut Nyak Din tahun 1880. Ia menerima lamaran itu lantaran telah berjanji akan menikahi laki-laki pertama yang membantunya balas dendam kematian Ibrahim Lamnga.
Cut Nyak Dhien kembali bersedih setelah Teuku Umar meninggal dunia pada 11 Februari 1899 karena rencananya menyerang Belanda di Meulaboh diketahui oleh pihak musuh. Sejak saat itu Cut Nyak Dhien terus berjuang melawan Belanda. Hingga akhirnya tertangkap karena dikhianati oleg orang kepercayaannya sendiri Pang La'ot pada 6 November 1905.
Rumah Cut Nyak Dhien (pesona.travel)
Pengkhianatan ini terjadi semata-mata karena rasa iba Pang La'ot pada keadaan Cut Nyak Dhien. Dia kemudian membuat kesepakatan dengan Belanda, mau memberitahu tempat persembunyian asalkan Cut Nyak Dhien mendapatkan perawatan.
Ketika ditangkap oleh pasukan Belanda kondisi kesehatan Cut Nyak Dhien sudah memburuk, penglihatannya juga sudah kabur. Ia tahu, ini adalah akhir perjuangannya.
Saat itu bulan puasa, tentara Aceh yang tersisa ditangkap dan banyak yang mati karena serbuan Belanda. Cut Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Hari-hari terakhir dihabiskan di tanah Sunda hingga Cut Nyak Dhien meninggal dunia pada 6 November 1908, tepat dalam usia 60 tahun.
Makam Cut Nyak Dhien yang meninggal dunia baru ditemukan setelah Indonesia merdeka.
Rumah Cut Nyak Dhien bukti perjuangan wanita pemberani (pesona.travel)