Taukah kalian kalo ada peristiwa sejarah pada tanggal 17 Oktober 1952? Meski udah bertahun-tahun lalu, peristiwa itu masih dikenang sampai sekarang. Yuk, simak penjelasan peristiwa tersebut!
1. Latar belakang peristiwa 17 Oktober di Jakarta
Peristiwa ini melibatkan APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia), DPRS, dan masyarakat sipil. Awal mulanya peristiwa ini sebenernya adalah saat 7 tahun baru merdeka, Indonesia masih belum stabil. Waktu itu, masih digunakan sistem demokrasi liberal model Belanda.
Lalu, keadaan makin parah karena masalah sosial ekonomi, praktik korupsi, serta pembebasan Irian Barat yang tertunda. Karena masalah yang menumpuk, munculah pertentangan dan konflik internal antar aparatur pemerintah.
2. Masalah dalam TNI dan DPR
Waktu itu, TNI juga lagi ngadepin masalah. Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor TB Simatupang dan Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel AH Nasution membutuhkan tentara profesional. Bukan panglima yang jadi raja kecil di daerah.
Lalu, angkatan darat akhirnya terpecah jadi kubu Nasution dan kubu Kolonel Bambang Supeno. Di balik konflik militer ini ternyata juga ada kepentingan politik dari partai politik yang duduk di DPRS.
Peristiwa 17 Oktober 1952 (historia.id)
Kolonel Bambang Supeno lalu ngirim surat ke parlemen yang isinya ketidakpuasaan pada kepemimpinan Nasution. DPR juga ramai membicarakan masalah kepemimpinan Angkatan Darat. Kemudian, DPR bakal memuat suatu panitia negara yang anggotanya rata-rata terdiri dari anggota DPR. Mereka bakal belajar penempatan pasukan, pembelian persenjataan, sampai pemilihan komandan dan kenaikan pangkat.
Karena hal ini, Nasution ngerasa kalo tindakan Kolonel Bambang Supeno menyurati DPR dan menemui Presiden Soekarno adalah tindakan indisipliner. Nasution lalu ngejatuhin skorsing buat sang Bambang Supeno. TNI juga ngerasa kalo yang dilakukan DPR udah keterlaluan.
TNI ngerasa takut dilemahkan dan belum terbiasa berada di bawah kendali sipil usai perang kemerdekaan. Dari sini, terjadilah peristiwa 17 Oktober 1952.
Kubu Nasution meminta Presiden Soekarno membubarkan parlemen. Mereka juga mendatangkan demonstran ke istana dan mengerahkan panser dan tank baja ke depan istana.
Tapi, ternyata aksi ini malah gagal. Presiden Soekarno menolak membubarkan parlemen. Massa demonstrasi malah berbalik mendukung Soekarno, begitu mendengar pidatonya.
"Saya peringatkan, seperti waktu saya mengangkat almarhum Pak Dirman saya pesan, supaya tentara jangan mau diombang-ambingkan politik. Apa yang saya katakan pada para demonstran tadi, berlaku juga untuk saudara. Saya minta bahkan saya perintahkan sebagai Pangti supaya pernyataan ini jangan diumumkan," kata Soekarno.
Peristiwa 17 Oktober ini pun makin panjang. Karena masalah TNI makin melebar, Nasution mengundurkan diri dari dinas militer. Lalu, kolonel Bambang Sugeng menggantikannya. Tapi. Kolonel Bambang Sugeng ikut mengundurkan diri juga.
Demonstrasi peristiwa 17 Oktober (encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)
Kemudian, dia digantikan Kolonel Bambang Utoyo yang sebenernya ditolak sebagian besar perwira TNI AD. Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX saat itu juga mengundurkan diri dari posisi menteri pertahanan. Angkatan Darat lalu terbagi jadi dua yaitu, kubu pro-17 Oktober dan kubu kontra-17 Oktober.
Bahkan, konon sampai ada perwira yang bunuh diri karena permasalahan ini. Tapi di tahun 1955, akhirnya Soekarno memanggil lagi Nasution untuk menduduki posisi Kasad. Lalu konflik berkepanjangan di tubuh TNI AD ini berakhir.
Soekarno (berdikarionline.com)