Tertekan oleh penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, dan yang terutama, perubahan iklim, lautan dunia telah mencapai titik kritis, dengan konsekuensi yang berpotensi mengerikan bagi manusia.
Sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah menjadi pandangan terbaru tentang kesehatan lautan di planet ini.
Dengan sekitar 7.000 studi yang dirujuk, laporan ini menjadi yang paling komprehensif hingga saat ini. Di dalamnya tertulis peringatan bahwa jika perubahan iklim tidak segera ditangani, jutaan manusia dapat terkena dampak negatif oleh kenaikan permukaan laut, populasi ikan yang berkurang dan cuaca yang lebih tidak menentu.
Selama satu abad terakhir, lautan telah membantu manusia mengurangi dampak perubahan iklim yang mereka perbuat. Sekitar seperempat dari karbon dioksida yang dikeluarkan oleh pabrik, kendaraan, dan pencemar lainnya terperangkap oleh lautan.
Mereka juga menyerap sekitar 90 persen dari panas berlebih yang terperangkap oleh karbon dioksida di atmosfer. Sejak 1993 suhu lautan dunia semakin meningkat dua kali lipat.
Dan jika suhu global terus meningkat tanpa terkendali, lautan bisa menjadi lima hingga tujuh kali lebih panas, menurut laporan itu. Semua panas ekstra itu membahayakan ekosistem laut karena meningkatkan tingak keasaman laut.
Terlebih lagi, pada akhir abad ini, laporan tersebut memprediksikan bahwa kenaikan permukaan laut yang ekstrem, yang di masa lalu mungkin terjadi setiap beberapa dekade, akan menjadi kejadian tahunan. Demikian juga, banjir ekstrem dan cuaca yang tidak menentu akan semakin sering terjadi di banyak wilayah pesisir, yang mengarah pada migrasi populasi penduduk.
Laporan PBB tentang perubahan iklim (coe.int)
Dalam hubungannya dengan praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dan polusi plastik, laporan tersebut memperkirakan jumlah ikan yang dapat ditangkap manusia secara berkelanjutan akan turun hingga seperempat pada akhir abad ini.
Itu akan menjadi bencana bagi banyak komunitas pesisir, ditambah makanan laut saat ini menyumbang sekitar 17 persen dari protein hewani dunia. Terlebih lagi, makanan laut yang bisa ditangkap manusia di masa depan tidak akan aman untuk dimakan. Perairan yang lebih hangat akan meningkatkan proliferasi patogen yang ditularkan melalui air seperti Vibrio, yang telah membuat sekitar 80.000 orang Amerika sakit setiap tahun.
Sama pentingnya dengan kenyataan bahwa tidak akan ada banyak ikan untuk ditangkap adalah bahwa mereka akan bermigrasi. Para ilmuwan telah melihat populasi ikan bergerak ke perairan yang lebih dingin, dan itu adalah tren yang cenderung berlanjut. Laporan tersebut memperkirakan populasi ikan yang bermigrasi akan menyebabkan gangguan dan konflik pasokan makanan global.
Laporan PBB tentang perubahan iklim (engadget.com)
"Lautan mengirimi kita begitu banyak sinyal peringatan sehingga kita perlu mengendalikan emisi," kata Hans-Otto Pörtner, penulis utama penelitian ini. Pada saat yang sama, Pörtner dan rekan-rekannya memperingatkan sebagian besar perubahan yang mereka perinci dalam laporan mereka tidak dapat dihindari.
Dalam skenario terburuk, lautan dunia dapat naik sebanyak 5 meter pada 2300. Tetapi bahkan jika negara-negara di dunia entah bagaimana berhasil membatasi pemanasan global hingga 2 derajat Celsius (3,6 derajat F) yang diajukan oleh Perjanjian Paris, kita masih akan melihat dampaknya. Permukaan laut akan naik 30 hingga 60 cm, banjir akan menjadi lebih sering dan sumber makanan akan semakin langka.
Laporan PBB tentang perubahan iklim (york.ac.uk)