Teman Paling Kejam Justru yang Paling Peduli, Kok Bisa?

Teman yang paling kejam dan suka ngeselin bisa jadi justru yang paling peduli sama kamu.

Temen yang kata-katanya kejam tanpa saringan itu sering bikin sebel atau sakit hati. Tapi kenyataannya omongan mereka banyak benernya. Kita aja yang kadang suka drama dengan masalah.

Kalau kamu ngerasa punya temen yang pedes omongannya tapi entah bagaimana kamu malah merasa nyaman saat berada di dekatnya, maka bisa jadi dialah satu-satunya teman yang paling peduli denganmu. Temanmu ini bisa benar-benar jujur dan memang terkadang kejujurannya tersebut bisa sedikit menyakitimu.

Serasa, ngeselin tapi yang emang dia bener juga. Berdasarkan penelitian, temanmu yang seperti itu yang paling mempedulikanmu. Dia itu paham kamu banget hingga bisa ngomong dengan jujur dan tepat soal permasalahan kamu.

Riset yang dipublikasikan Asosiasi Ilmu Psikologi, mengungkapkan ada loh teman yang dengan sengaja membuatmu merasa buruk. Alasan dia melakukan hal tersebut kepadamu adalah karena dia benar-benar peduli padamu. Untuk membuatmu sadar, dia gak cuma menggunakan kata-kata manis biar dianggap temen baik.

Biasanya kan kita jadi mudah sadar ketika udah terpuruk banget dan rasanya sakit banget. Baru deh sadar sendiri. Sebaliknya kata-kata manis justru bisa bikin kamu terlena dan gak introspeksi diri.

Ada yang begitu? Angkat tangan...

Ilmuwan yang memimpin penelitian ini, Belén López-Pére, menjelaskan bagaiman seseorang bisa bertindak kejam untuk menunjukkan rasa sayang mereka. Bikin seseorang merasa buruk saat menghadapi masalah sebenarnya adalah niat baiknya.

Hipotesis awalnya didapat dengan cara meminta para responden membayangkan jika mereka berada di posisi orang lain dan apa yang akan dilakukan saat ada di situasi yang dialami orang lain itu. Peneliti berasumsi bahwa para peserta akan memilih pengalaman terburuknya untuk mengajari dan menolong seseorang untuk mencapai tujuannya.

Penelitian ini kemudian melibatkan 140 reponden dewasa untuk melakukan studi lab dengan komputer. Para responden diminta bermain game dengan para mitra anonimnya. Para responden diberi sebutan "Pemain B" dan para mitra anonimnya dengan sebutan "Pemain A". Pemain A ini sebenarnya gak beneran ada, tapi para responden tidak mengetahui hal ini.

(naslovi.net)

Di awal permainan, Pemain A mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami perpisahan dan patah hati. Kemudian para responden diminta untuk membayangkan bagaimana perasaan Pemain A dan melihat Pemain A sebagai sosok yang protagonis. Beberapa peserta diminta untuk bersimpati dengan Pemain A, sedangkan sebagian lagi bebas melepaskan emosionalnya.

Setelah itu para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Setengah dari mereka memainkan game yang disebut Soldier of Fortune. Game ini memiliki tujuan untuk menyingkirkan musuh sebanyak mungkin dengan cara menembaknya. Setengah lainnya diminta untuk memainkan game bernama Escape Dead Island di mana tujuan mereka adalah melarikan diri dari ruangan yang penuh dengan zombie.

Setelah permainan selesai, para responden diperdengarkan dan dipertontonkan musik serta klip dengan deksripsi emosi yang tingkatnya berbeda-beda. Kemudian, para responden diminta memberikan penilaian dari 1 - 7, musik mana yang akan mereka rekomendasikan kepada Pemain A.

(wattpad.com)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden yang bersimpati dengan Player A berusaha menunjukkan emosi yang kuat. Responden bersimpati yang memainkan permainan menembak cenderung lebih memilih untuk berfokus untuk menghasilkan lebih banyak kemarahan melalui musik dan klip video yang mereka pilih.

Kesimpulannya, orang yang bersimpati cenderung menghasilkan emosi negatif yang lebih kuat sebagai cara untuk turut merasakan perasaan terluka dari orang lain. Selain itu, emosi negatif yang lebih kuat dalam permainan tersebut menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Hal ini bisa membuat Pemain A ikut merasakan kepuasan ketika mereka menang.

Jadi, apakah kamu setuju dengan riset ini? Percaya bahwa temen kamu yang kadang suka ngeselin itu sebenernya peduli sama kamu.

(famme.nl)